Monday 16 April 2012

Cantik manis si Kue Kerawang…


Baru dapat kiriman se-toples kue kering manis dari Gorontalo.. namanya kue kerawang, kue khas dari kota Serambi Madinah.
Nama Kerawang berasal dari “Karawo” yang artinya sulaman dengan tangan.
Sebenarnya Kerawang dikenal juga sebagai nama kain hasil kerajinan tangan khas Gorontalo (Mokarawo). Kue dan Kain Kerawang punya satu kesamaan : bentuk sulaman cantik berupa kembang dan dedaunan. Cuma beda bidangnya, yang satu disulam di bahan kain, yang satu lagi di ‘lukis’ di kue kering..
Kue Kerawang pada dasarnya sama dengan kue kering pada umumnya. Cuma bedanya di atas kue kering di ‘lukis’ hiasan indah. Biasanya berupa bunga dan daun-daunannya. Kue ini punya dua lapisan, di tengahnya biasanya diisi coklat atau selai lainnya sesuai selera.
Kalo di hari raya idul fitri, setiap rumah di Gorontalo pasti ada Kue Kerawang. bukan keharusan sih, tapi seperti sudah jadi kebiasaan…
Tapi tiap dikirimi kue ini saya berasa sayang mau makan. Motifnya terlalu unik dan cantik sihh.. akhirnya biasanya malah cuma jadi hiasan. hahhaha…
Kue ini ga ada di tempat lagi niihh, jadi kalo main ke Gorontalo, jangan lupa beli kue kerawang yaaa.. ^_^

-salam hulondalo-

Thursday 16 February 2012

Lenggota Lo Nikah… Kalau Orang Gorontalo menikah….

Gorontalo terkenal dengan kota Serambi Madinah, penduduknya sebagian besar memeluk agama islam. Mereka sangat menjunjung tinggi semboyan yang mereka miliki, yaitu ‘Adati hula hula Sareati – Sareati hula hula to Kitabullah’ yang artinya, Adat Bersendikan Syara, Syara Bersendikan Kitabullah. Pengaruh budaya Islam sangat kental termasuk dalam prosesi pernikahan adat mereka. Prosesi pernikahan dilaksanakan menurut Upacara adat yang sesuai tahapan atau Lenggota Lo Nikah.

Tahapan yang pertama namanya Mopoloduwo Rahasia, yaitu dimana orang tua dari pihak laki-laki datang ke kediaman orang tua perempuan untuk meminta restu atas pernikahan anak mereka. Semacam meminang tapi belum resmi. Kalau di tahap pertama ini kedua belah pihak sudah setuju, maka barulah nanti ditentukan waktu untuk ke acara selanjutnya yaitu Tolobalango atau Peminangan.

Tolobalango itu acara peminangan secara resmi yang dihadiri oleh para pemangku adat, pembesar negeri serta keluarga besar. Biasanya mereka menunjuk wakil atau juru bicara yang akan mewakili acara peminangan tersebut. Juru bicara dari pihak laki-laki di sebut Lundthu Dulango Layio, dan juru bicara dari pihak perempuan disebut Lundtu Dulango Walato. Mereka nanti yang akan menyampaikan maksud peminangan yang dilantunkan lewat pantun-pantun indah. Di acara peminangan adat Gorontalo tidak akan menyebutkan biaya pernikahan (Tonelo) tapi pihak laki-laki harus menyampaikan Mahar (Maharu) di acara selanjutnya yang disebut Depito Dutu (Antar Mahar).

Depito Dutu ini semacam acara mengantar ‘seserahan’. Isinya sepaket Mahar itu sendiri, dan hantaran seserahan pada umumnya seperti kosmetik dan seperangkat busana wanita, buah-buahan dan ini nih yang bikin beda: Bumbu Dapur atau Dilonggato.
Kalau mau seperti adat aslinya, semua hantaran ini diletakkan di kendaraan yang dihias berbentuk perahu yang dinamakan Kola-kola. Tapi seiring waktu dan biasanya karena alasan lebih simple, sudah jarang yang pake Kola-kola. Rombongan keluarga yang membawa hantaran ini akan diarak diiringi oleh tabuhan rebana dan alat musik tradisional Gorontalo sambil menyanyikan lagu-lagu tradisional yang isinya itu pesan-pesan dan doa-doa untuk keselamatan calon pengantin.

Malam sebelum hari H nya (akad nikah), ada acara yang namanya Mopotilandahu atau malam pertunangan. Diawali dengan proses Khatam Qur’an (selesai atau menamatkan mengaji/membaca Al Qur’an penuh) sang calon mempelai perempuan.
Nah, harus bisa mengaji yaa yang mau punya calon suami orang Gorontalo…
Lalu kemudian dilanjutkan dengan acara Molapi Sorande.
Molapi Sorande ini tarian tradisional Gorontalo yang nantinya akan dibawakan oleh calon pengantin laki-laki dan ayah atau walinya. Sementara itu calon pengantin perempuannya cuma boleh lihat dari jauh, biasanya ‘ngintip’ dari kamar… hehehehe...
Acara menari ini biasanya di kenal dengan Molile Huali (mengintip calon istri), ceritanya disini waktunya buat si calon pengantin laki-laki buat curi-curi pandang ke calon pengantinnya…. Iihiiyy!
Setelah sang calon pengantin laki-laki selesai, baru gilirannya calon pengantin perempuan dan beberapa pendamping (biasanya adalah saudara-saudara perempuan dari calon pengantin perempuan) yang akan menari tarian tradisional Tidi Daa atau Tidi Loilodiya. Tari Tidi ini menggambarkan keberanian dan keyakinan buat menghadapi badai cobaan yang nanti akan di hadapi ketika sudah berumah tangga.
Hiaa, harus bisa menari juga! Catet!

Esok harinya baru acara akad nikahnya di gelar. Dengan cara setengah berjongkok atau posisi tidak benar-benar duduk, mempelai Laki-laki mengikrarkan Ijab Kabul dengan mas kawin yang sudah disepakati. Begitu liat prosesi yang ini (posisi setengah duduk), saya langsung meringis, kebayang yang kebetulan punya badan agak subur bisa ga yaa?? Hiihihihi…
Setelah acara Ijab Kabul selesai, ditutup dengan doa sebagai tanda syukur dan acara pemberian ucapan selamat untuk kedua mempelai, biasanya disambung langsung ke acara resepsinya. Makan-makannnn!

Upacara adatnya agak ribet memang, tapi namanya juga adat yaa wajib dilestarikan dong yaa.. Nahhh, mengaji yang rajin dan latihan menari dari sekarang yaa… ^_^


~Salam Hulondalo~

Monday 30 January 2012

Tumbilotohe, malam seribu lampu botol…


Tau lampu botol? Botol di isi minyak tanah, masukkan sumbu sampai tersembul dari tutupnya. Biasanya dulu di kampung saya itu di buat alternatif penerangan waktu listrik padam pengganti lilin, lebih irit dan tahan lama.
Nah, pernah lihat ribuan lampu botol di pasang berbarengan waktu malam??
Datang ke Gorontalo waktu 3 hari sebelum hari raya Idul Fitri!
Ada tradisi Tumbilotohe, malam ribuan lampu botol!

Tumbilotohe asalnya dari kata Tumbilo yang artinya pasang dan Tohe yang artinya lampu, jadi Tumbilotohe adalah “Pasang Lampu”. Bukan lampu listrik yang dimaksud disini, melainkan lampu botol yang sudah dikreasikan sedemikian rupa. Tradisi Tumbilotohe adalah tradisi dimana seluruh masyarakat Gorontalo menghias rumah, pelataran, jalanan, gerbang kantor, mesjid, pokoknya seluruh kota dengan lampu botol.


Tradisi unik ini konon sudah ada sejak lebih dari 500 tahun yang lalu. Menurut cerita kawan-kawan dari sana, tradisi ini berawal waktu Sultan Gorontalo pada saat itu memiliki taktik untuk mengelabui para pasukan musuh yang akan menyerang Gorontalo pada malam hari. Sultan memerintahkan kepada seluruh rakyatnya untuk memasang obor di setiap rumah, pekarangan, jalanan, lahan pertanian, dan seluruh penjuru kota Gorontalo. Hal ini dimaksudkan untuk mengecoh musuh yang menyangka bahwa Gorontalo telah mempersiapkan kedatangan mereka dengan jumlah pasukan yang lebih banyak (karena dari laut kelihatan begitu terang oleh cahaya lampu obor) dan taktik itu berhasil, musuh yang akan menyerang Gorontolo mengurungkan niatnya. Untuk itu sampai sekarang masyarakat Gorontalo masih melestarikan tradisi unik ini.
Dulu mereka masih memakai damar, tapi seiring berjalannya waktu dan semakin susah nyari damar, digantilah dengan padamala (minyak kelapa) dan akhirnya sekarang minyak tanah yang dipakai oleh mereka.

Tumbilotohe dimulai setelah magrib dan sampai hampir subuh selama 3 malam sebelum hari raya Idul Fitri. Wehh, pernah ke Las Vegas atau Hongkong??? Gorontalo tiap malam Tumbilotohe itu ga kalah kerennya sama kota-kota itu. Terang benderang! Yaaa bayangin aja ada ribuan lampu botol menghias seisi kota. Kadang di lapangan atau lahan yang luas, lampu botol disusun dan dibuat menyerupai bentuk sesuatu atau tulisan atau bahkan kaligrafi. Biasanya bentuk mesjid dan tulisan Selamat Idul Fitri. Kalau dilihat dari kejauhan baaguuussss bangeettt!!



Yang penasaran sama tradisi malam Tumbilotohe boleh coba mengunjungi kota Serambi Madinah itu waktu bulan ramadhan, atau mungkin sekalian berlebaran disana, sajian khas waktu lebaran disana bikin lupa sama diet semua lho! Hehhehe..
Lain waktu nanti saya lanjut cerita tentang makanan-makanan khas dari Gorontalo yaa…

~Salam Hulondalo~

Bentor, Raja Jalanan Gorontalo


Buat yang pernah ke Gorontalo pasti pernah lihat kendaraan “rakitan” ini. Sebenarnya bukan cuma di Gorontalo kita bisa nemuin bentor, di daerah lain seperti Medan pun ada. Tapi buat orang Gorontalo Bentor ini sudah seperti ciri khas mereka.
Ingat Bentor, ingat Gorontalo.. hehehehehe…

Bentor ini berasal dari kata Becak dan Motor. Yap, ini adalah kendaraan hasil marger antara si tiga roda becak dengan si roda dua sepeda motor. Bentuk modifikasinya jadilah kendaraan roda tiga dengan motor sebagai tenaga pendorongnya. Bentor jadi favorit masyarakat Gorontalo karena lebih efisien dibandingkan angkutan umum (angkot) dan dari segi tarif lebih murah dibandingkan ojek atau taksi. Tarif jarak dekat sekitar 4000 - 5000 rupiah, jarak jauh yaa tergantung seberapa jauh jaraknya dan negosiasi antara bang bentor dan penumpang.

Keberadaan bentor menjamur di Gorontalo. Buaannyaakk banget! Acapkali bentor jadi sumber macet dalam kota Gorontalo, terlebih di jalan-jalan utama atau dekat-dekat pusat keramaian seperti pasar. Mungkin saking banyaknya bentor terjadilah persaingan antar supir bentor. Mereka biasanya mendadani bentornya agar lebih menarik dan lebih diminati oleh para penumpang. Dari mulai cat body yang menarik., aksesoris yang unik, sampai dengan menambahkan audio pada bentornya. Yap, Bentor full music!!! ˆ⌣ˆ

Nah, siapa mau keliling kota Gorontalo? Harus naik bentor yaa! Bisa pilih bentor yang model kaya apa. Saya suka bentor yang full music, bisa dengar suara si Norman sambil keliling kota (hehehhee, waktu itu baru-barunya booming Briptu Norman, jadi hampir setiap bentor yang bermusic pasang lagunya Norman ˆ⌣ˆ )
Seperti tadi sudah saya bilang sebelumnya, kalo ke Gorontalo belum naik bentor itu namanya belum ke Gorontalo!


~Salam Hulondalo~

Sunday 29 January 2012

Binte Biluhuta, Sup Jagung ala Gorontalo

Binte Biluhuta... Pertama kali di tawari makanan ini, reaksi saya adalah: mata menyipit, kening berkerut sambil bilang: "yakin itu nama makanan?" hehehehhe...
Binte Biluhuta adalah makanan khas Gorontalo. Binte itu artinya Jagung, Biluhuta artinya disiram. Jadi, Binte Biluhuta adalah Jagung yang disiram, atau orang-orang sana biasa menyebutnya dengan Milu (Jagung) Siram. Sejenis Corn Soup lah kerennya... ˆ⌣ˆ

Gorontalo itu terkenal penghasil jagung terbesar di Indonesia, makanya kebanyakan makanan khas sana terbuat dari jagung termasuk si 'corn soup' asam manis yang satu ini.
Namanya juga Jagung Siram ya jelas bahan dasarnya adalah Jagung dan beberapa rempah-rempah buat pelengkapnya.

Rasa Binte atau Milu Siram ini unik lho.. Manis, asam, pedes, gurih... Campuran didalamnya ada kelapa parut, daun kemangi, cabe, bawang sama ikan cakalang atau tuna. Sebenarnya pake udang juga boleh, tapi saya lebih pilih yang kolesterolnya ga tinggi aahh... ˆ⌣ˆ Waktu di hidangkan, bumbu-bumbu untuk penambah rasa biasanya dihidangkan terpisah, seperti jeruk nipis, cabe rawit iris, daun papaya, jadi kita bisa meracik sendiri rasa Binte yang kita mau. Disitu letak keunikan Binte!

Biasanya saya makan Binte atau Milu ini waktu kumpul-kumpul bersama teman-teman dari Gorontalo. Kita masak sendiri Milunya, plus bikin sambal Dabu-dabu yang aje gillee pedessnyeee…
Buat teman-teman yang mau jalan-jalan ke Gorontalo, jangan lupa mampir ke warung atau restoran-restoran di tiap sudut kota Gorontalo untuk nyicip lezatnya rasa Binte Biluhuta ini. Harganya sekarang mungkin berkisar dari 5.000 – 15.000 rupiah per porsinya. Binte ini bukan cuma bisa jadi camilan malam tapi bisa juga jadi makanan pokok yang makannya campur nasi kalo laperrr... hehehe...
Mungkin mau iseng-iseng masak sendiri? saya coba share resep dari Ta'Unces (Tante Unces) mama dari teman dekat saya di Gorontalo sana..

Bahan:
- 5 Jagung yang sudah di pipil (kalo ga mau repot bisa beli jagung yang sudah di pipil yang tersedia di supermarket)
- Ikan Cakalang / Tuna (di rebus kemudian di cabik-cabik)
- Udang kecil-kecil
- Cabe merah dan cabe rawit dihaluskan / di ulek (sisain beberapa di potong kasar. Cabe ini tergantung selera, kalau yang suka pedas ya mongggoo dibanyakin)
- 5 siung bawang merah iris kasar
- Daun bawang dan Daun kemangi
- 1 buah kelapa di parut
- Jeruk nipis
- Daun pepaya

Cara Membuat:
Rebus Jagung pipil sampai matang, tambahkan garam dan gula secukupnya. Masukkan cabe merah dan rawit yang sudah dihaluskan dan yang di potong kasar, bawang merah, daun bawang, daun kemangi, udang kecil dan kelapa parut. Kalau sudah wangi masukan ikan cakalang yang sudah dicabaik-cabik. Tunggu beberapa menit sampai benar-benar harum, angkat, siap dihidangkan.
Pisahkan bahan-bahan seperti jeruk nipis, cabe rawit yang di iris kasar, daun papaya diwadah lain, silahkan meracik sendiri rasa Binte yang diinginkan.. ˆ⌣ˆ

Pe sadaaappp kakaaakkk...